Atas undangan Presiden Unima Internasional Mr. Dadi Pudumjee, Unima Indonesia berperan serta dalam Kongres Unima Intemasional ke 22 dan Festival Wayang Dunia masing-masing di Tolosa dan San Sebastian.
Peserta kongres, Simposium, Festival di perkirakan berjumlah 400 orang dari 53 negara dan berasal dari 5 benua. Anggota Unima seluruhnya ada 90 negara, berarti lebih dari separoh hadir.
Jarak antara hotel tempat menginap delegasi Unima Indonesia di Amara Plaza Hotel San Sebastian dan Tolosa, tempat kongres cukup jauh dan berangkatnya ditempuh dengan bis yang disediakan panitia (disediakan 3 bis), pulangnya dengan kereta api.
Cuaca yang dingin disertai hujan,. merupakan kendala bagi para delegasi.
Delegasi Unima Indonesia
berperan serta pada kongres, symposium dan festival. Berangkat tanggal 26 Mei
2016 dan kembali tanggal 6 Juni 2016.
PELAKSANAAN KONGRES.
Dalam sambutannya, Presiden Unima Internasional Mr. Dadi Pudumjee dari India menyatakan apresiasi kepada Tuan Rumah Spanyol, Khususnya Ms. Idoya Otegui, pemerintah Perancis atas kontribusi di bidang keuangan.
Unima Internasional merupakan NGO yang tertua didunia yang aktif dibidang teater internasional , bherkontribusi untuk perkembangan puppetry art dan Unima mempromosikan nilai nilai kemanusiaan dan perdamaian serta saling pengertian antar manusia terlepas dari asal usul, politik, keyakinan agama dan budaya yang beraneka ragam.
Delegasi Unima Indonesia pada kongres terdiri dari Presiden Unima Indonesia, Dubes Samodra Sriwidjaja, 3 councillors, DR. MAS Hikam, DR El Zastrouw Ngatawi, Gaura Mancacaritadipura , Pengamat Kongres Susanto Hartanto, Maria Theresia Widyastuti, Bendahara Yulita Samodra.
Point of meeting peserta kongres, symposium, festival bertempat di Festival Club DSS2106 Headquarter Easo, 43, di San Sebastian.
Semenjak opening Cocktail pada hari Sabtu 28 Mei, Team lobby Unima Indonesia yang dipimpin oleh Gaura Mancacaritadipura telah bergerak ke semua peserta untuk memperoleh gambaran persuaraan menghadapi voting tanggal 1 Juni 2016 menghadapi Korea Selatan. Perlu dicatat bahwa Amerika Serikat tidak jadi mencalonkan diri sebagai tuan rumah tahun 2020 sedangkan Thailand dianggap tidak memenuhi persyaratan sehingga konsentrasi Indonesia tertuju kepada Korea Selatan. Waktu lobby , disamping permintaan dukungan kepada Indonesia juga membagikan buku program dan leaflet.
Lobby di hari pertemuan sangat penting untuk memperoleh gambaran umum tentang peta persuaraan(voting map) dimana banyak delegasi Unima Internasional yang simpati kepada Indonesia khususnya venue kongres dan festival di Gianyar Bali.
Pada harl kedua tanggal 29 Mei 2016, lobby dilanjutkan dan gambaran tentang peta persuaraan makin jelas.
Tanggal 30 Mei 2016, memperoleh kesempatan menyampaikan pidato kampanye bertempat di Festival Club. Ditekankan oleh Presiden Unima Indonesia tentang latar belakang pendirian Unima Indonesia pada tanggal 16 Desember 2009, peran serta dalam berbagai kegiatan Unima Internasional, perayaan setiap Ulang Tahun Unima Indonesia selalu mengadakan pergelaran wayang dan kegiatan lainnya dan alasan mengapa Bupati Gianyar tidak dapat hadir.
Juga ditekankan mengenai Bali dalam segala aspeknya, terutama hotel tempat kongres dan Bali Agung sebagai tempat pembukaan dan penutupan festival jika Indonesia terpilih menjadi tuan rumah th 2020. Juga ditekankan kehadiran 4 penari Bali dari sanggar Paripurna pimpinan I Made Sidia, sebagai pengganti kehadiran Bupati Gianyar.
Selama pidato, dilayar ditayangkan hotel-hotel, panorama, tari Bali yang sangat indah.
Tari Bali menjadi sangat menarik (Tari Legong, Topeng Tua, Tari Rangda) dan terahir para penari mengajak para tamu ikut menari. Waktu yang ditetapkan hanya 30 menit , namun dalam prateknya berlangsung hingga 1 jam lebih. Penonton dan tuan rumah Ms. ldoya masih asyik menonton sampai selesai.
Pada tanggal 31 Mei 2016, acara kongres diisi dengan presentasi Unima Ukraina, Amerika Utara, Italia, Brazil. Pada malam hari delegasi Unima Korea Selatan mendapat kesempatan berkampanye di Festival Club dan cukup bagus presentasinya karena mereka sudah lama menjadi anggota Unima Internasional dan mengenal cara berkampanye di Unima.
Tanggal 1 Juni, acara penting Kongres di tolosa adalah voting untuk memilih Tuan Rumah Kongres Unima dan Festival Wayang Dunia tahun 2020, Delegasi Unima Korea Selatan telah mendekati Presiden Unima Mr. Dadi Pudumjee dan minta supaya mereka mendapat kesempatan untuk menampilkan kesenian Korsel karena pada saat kampanye hanya mendapat waktu 30 menit untuk tampil. Tapi Indonesia juga menuntut hal yang sama. Indonesia menampilkan 2 penari Wanita, Legong Bali yang mendapat sambutan hangat dari peserta kongres. Gaura menampilkan wayang kulit Hanomannya. Unima Korsel menampilkan marionette dan gendang nya.
Pada saat persuaraan , ditempuh dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan dan sambil menunjukan voting card, masing-maslng delegasi/councilors memasukkan persuaraannya di box yang telah disediakan . setelah persuaraan ditutup box dibawa kelaur ruangan oleh petugas election (election committee). Guna mencegah terjadinya kecurangan, delegasi Indonesia terus memantau perhitungan suara di luar ruangan.
Setelah selesai penghitungan suara petugas masuk ke ruangan dan mengumumkan hasil perhitungan suara: 68 untuk Indonesia dan 44 untuk Korea Selatan. Selanjutnya Presidan Unima Indonesia diminta memberikan sambutan singkat yang intinya ucapan terima kasih atas dukungan dari para councilors, Indonesia tidak memandang sebagai kemenangan semata mata, tetapi sebagai awal penugasan dan sangat perlu didukung oleh semua pihak. Kemudian Presiden Unima Dadi Pudumjee
memberikan Bendera Unima untuk dikibarkan tahun 2020.
Acara kongres dilanjutkan dengan pemilihan Presiden, Wakil Presiden, Sekjen Unima. Indonesia memberi dukungan kembali kepada Mr. Dadi Pudumjee dari India sebagai Presiden Unima Internasional dan Mr. Manuel A. Morea dari Portorico serta Mrs. Karen Smith dari Amerika masing-masing sebagai Wakil Presiden, untuk Sekjen Unima Internasional Indonesia mendukung Ms. Idoya Otegui dari Spanyol.
Unima Indonesia juga mendukung calon-calon Executive committee dan commissions.
Setelah penutupan Kongres , tanggal 3 Juni 2016 Unima Indonesia mengundang Presiden, Wakil Presiden dan Sekjen, mantan Sekjen dan concillors Amerika makan malam di Chinese Restaurant, untuk mendapatkan informasi sekitar penyelengaraan Kongres dan Festival.
Tanggal 5 Juni 2016, pengurus inti Unima diundang Ms ldoya dan Presiden Unima Internasional untuk makan malam sambil mendengarkan arahan mereka, yang penting:
Tanggal 15 Juni 2016, Sekjen terpilih Ms. Idoya mengirimkan hasil Kongres yang intinya sejak tanggal 30 Mei – 3 Juni 2016, selama 5 hari berturut turut telah berlangsung diskusi, kesimpulan, tukar menukar pendapat, kontak kontak baru di seluruh dunia, kenalan kenalan dan proyek-proyek baru. Yang hadir semua sekitar 400 termasuk 170 yg ikut kongres, festival dan symposium dari 53 negara yg mencakup 5 benua.
Surat tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia terpilih sebagai Tuan Rumah Kongres Unima Internasional dan Festival Wayang Dunia tahun 2020. Selanjutnya atas nama Sekjen Idoya, pemberitahuan resmi ini agar disebar luaskan ke instansi-instansi (
pemerintah pusat, Gubernur, Bupati dan para sponsor) agar dapat membantu Indonesia sebagai Tuan Rumah tahun 2020 di Gianyar Bali.
PELAKSANAAN FESTIVAL
Semula Festival hanya diikuti oleh Unima dan 4 negara yaitu:
Belakangan, semua Negara boleh lkut festival termasuk Korea Selatan dan lndonesla.Peran serta Tarian Bali Indonesia dalam Festival di satukan pada saat pidato kampanye yang terkesan sangat menarik dan memukau.
PELAKSANAAN SIMPOSIUM
Pada Simposium Unima Indonesia telah diwakili MariaTheresia Widyastuti yang berlangsung dari tanggal 28 dan 29 Mei. Topik nya La Maquina Real and Puppet Theater Repertoire in Europeand America. Memahami sejarah dan perkembangan technologi PuppetMachine di Eropa dan Amerika.
Pembicara umumnya dari dunia akademis dan peneliti dan hanya 1 orang sebagai pelaku seni. Pembicara dari Spanyol dan Eropa sertadari Mexico sehingga tidak dapat menggambarkan perkembanganPuppet Machine di Amerika dengan menyeluruh.
Pembicaranya agak monoton, kecuali dari Francoise (Perancis) dan Desiree (Spanyol) yang pelaku seni puppet machine yang membawakannya dengan menarik. Peserta tidak diberi materi atau slide hingga tidak memiliki dokumen. Pembicaranya terlalu banyak tapi waktunya sedikit hingga kurang kesempatan untuk diskusi.
Interpreter yg membantu tidak standar, hingga tertinggal jauh dari pembicaranya. Topik lebih fokus pd sejarah kurang mengupas implementasi dan inovasi yg perlu dilakukan oleh organisasi seni dan Lembaga pendidikan.
Tidak dilakukan evaluasi cara penyelenggaraan agar symposium berikutnya lebih baik lagi.
KESIMPULAN
REKOMENDASI
Jakarta 17 Juni 2016,
T.A. Samodra Sriwidjaja
Presiden UNIMA Indonesia